Hospital Ship Episode 29 Part 2
Episode 29 Part 2
All images credit and content copyright: MBC
EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Hospital Ship Episode 29 Part 1
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Hospital Ship Episode 30 Part 1
Hyun mengatakan lagi kepada Eun Jae “lihat aku” Eun Jae sangat khawatir kalau mereka akan membunuh rekan-rekannya jika ia tidak berhasil dengan operasinya “mungkin mereka akan membunuh kita sama seperi orang-orang itu”.
Hyun pun menarik Eun Jae untuk melihatnya dan miminta Eun Jae untuk tidak khawatir dan jangan memikirkan tentang waktu dan yang lainnya, Hyun mencoba menenangkan Eun Jae “jangan pikirkan apapun yang akan terjadi dengan mereka jika kau tidak menyelesaikannya tepat waktu, kau tidak perlu memikirkan apapun. Kau hanya harus memikirkan pasien yang ada di depanmu, kau hanya perlu melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan pasien. Apapun yang terjadi setelah itu, itu bukan salahmu.
Eun Jae tak henti menangis, dia menyenderkan kepalanya di dada Hyun dan dia berkata “bisakah kau membiarkan aku seperti ini selama lima detik?” Hyun memegang pundaknya dan meraskan apa yang Eun Jae rasakan.
Eun Jae tak henti menangis, dia menyenderkan kepalanya di dada Hyun dan dia berkata “bisakah kau membiarkan aku seperti ini selama lima detik?” Hyun memegang pundaknya dan meraskan apa yang Eun Jae rasakan.
Di ruang operasi, perawat Pyo membantu Eun Jae merapikan baju dan sarung tangannya, Eun Jae tetapi diikuti para anggota geng yang mengarahkan pistol padanya. Sebelum mulai operasi, Eun Jae meminta kerja sama Tim untuk menyelamatkan pasiennya. Eun Jae pun mulai melakukam operasinya.
Jae Geol terus berusaha menghubungi seseorang dengan ponselnya, pak Yang dan Pak Chu terus mengawasi anggota Geng, sementara itu pacar Pak Yang tidak berhenti menangis.
Operasi sedang berjalan, darah yang keluar dari tubuh pasien sangat banyak, Eun Jae mengatakan “sepertinya peluru merusak ventrikel kanan, seperti yang kita duga dan peluru yang ada diperutnya... ada disini (dia menunjukkan kepada Hyun) akhirnya Eun Jae mengelurkan satu peluru, anggota geng terus mengawasi mereka.
Eun Jae : peluru itu memantul dari tulang punggungnya, dan merusak pembuluh darahnya.
Hyun : lalu...
Eun Jae : kita akan menyingkirkan hematoma (hematoma : kumpulan darah tidak normal diluar pembuluh darah) lakukan reseksi abdomen dan jahitkan oembuluhnya (reseksi abdomen : pengangkatan abdomen di bagian perut) jika kita tidak mengalami masalah, kita bisa menyelesaikannya jam 2:30 pagi.
Ketua geng menghampiri mereka, dia melihat peluru yang dikeluarkan Eun Jae, dia juga mengakui keterampilan Eun Jae seperti yang dia dengar di berita. Tiba-tiba dia memegang pundak perawat Pyo dan itu membuat perawat Pyo sangat kaget. Kemudian Eun Jae meminta dia untuk tidak menyentuh perawat Pyo “ini adalah ruang operasi. Kita harus membiarkannya sendiri untuk menyelamatkan pasien).
Ketua geng : Ya tentu. Aku akan melakukan itu nanti, lakukan saja operasimu, waktu terus berjalan.
Mereka saling menatap satu sama lain, Hyun meminta Eun Jae untuk tidak khawatir dan menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin “tetap tenang, pasien tidak dalam kondisi buruk” Eun Jae mengangguk “Ya” dan melanjutkan operasinya.
Eun Jae : peluru itu memantul dari tulang punggungnya, dan merusak pembuluh darahnya.
Hyun : lalu...
Eun Jae : kita akan menyingkirkan hematoma (hematoma : kumpulan darah tidak normal diluar pembuluh darah) lakukan reseksi abdomen dan jahitkan oembuluhnya (reseksi abdomen : pengangkatan abdomen di bagian perut) jika kita tidak mengalami masalah, kita bisa menyelesaikannya jam 2:30 pagi.
Ketua geng menghampiri mereka, dia melihat peluru yang dikeluarkan Eun Jae, dia juga mengakui keterampilan Eun Jae seperti yang dia dengar di berita. Tiba-tiba dia memegang pundak perawat Pyo dan itu membuat perawat Pyo sangat kaget. Kemudian Eun Jae meminta dia untuk tidak menyentuh perawat Pyo “ini adalah ruang operasi. Kita harus membiarkannya sendiri untuk menyelamatkan pasien).
Ketua geng : Ya tentu. Aku akan melakukan itu nanti, lakukan saja operasimu, waktu terus berjalan.
Mereka saling menatap satu sama lain, Hyun meminta Eun Jae untuk tidak khawatir dan menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin “tetap tenang, pasien tidak dalam kondisi buruk” Eun Jae mengangguk “Ya” dan melanjutkan operasinya.
Di ruang penyanderaan, Jae Geol masih berusaha menghubungi seseorang, saat itu pacar Pak Yang masih belum berhenti menangis, dan kemudian anggota geng yang mengawasi mereka melihatnya dan menyuruh Jae Geol untuk mengangkat ponselnya lebih tinggi lagi. Jae Geol perlahan melihat mereka dan menjatuhkan ponselnya, dan Jae Geol pun tersenyum.
Anggota Geng menarik Jae Geol dan menginjak-injak punggungnya, Jae Geol sangat kesakitan. Dan yang lain pun berteriak hissteris.
Kemudian Pak Yang menghalangi Jae Geol yang terus di injak, Pak Chu juga ikut menghalangi Jae Geol, mereka pun kena injakkan para anggota Geng.
Kemudian Pak Yang menghalangi Jae Geol yang terus di injak, Pak Chu juga ikut menghalangi Jae Geol, mereka pun kena injakkan para anggota Geng.
Ketika operasi sedang berjalan, Eun Jae dan Hyun saling memandang karena mendengar teriakan rekannya yang di sandera. Eun Jae bertanya “apa yang sedang terjadi? Apa yang mereka lakukan kepada keluarga kami?”
Ketua geng : mereka pasti pantas mendapatkannya.
Eun Jae : kita masih punya waktu dua jam lagi. Kau bilang, kau akan membiarkan kita pergi jika menyelesaikan operasi, tapi suara apa ini? ayo katakan, apa yang kau lakukan pada keluarga kami.
Ketua geng : astaga... kau berisik sekali.
Ketua geng : mereka pasti pantas mendapatkannya.
Eun Jae : kita masih punya waktu dua jam lagi. Kau bilang, kau akan membiarkan kita pergi jika menyelesaikan operasi, tapi suara apa ini? ayo katakan, apa yang kau lakukan pada keluarga kami.
Ketua geng : astaga... kau berisik sekali.
Ketua geng pun memanggil anggotanya di ruangan penyaderaan dan menanyakan apa yang sedang terjadi disana. dia mengatakan kalau mereka menemukan telepon. Ketua kaget, kenapa bisa ada telepon.
Ketua : apa kau memeriksa riwayat panggilannya? Apa mereka meminta bantuan?
Eun Jae dan Tim yang lainnya saling memandang satu sama lain. Jae Geol sangat tidak berdaya dan yang lain masih teriak histeris.
Anggota : tidak, mereka belum melaporkan kepada siapapun.
Ketua : jika tidak, segera hentika sekarang juga. Dokter kami yang sensitif Dokter Song Eun Jae tidak bisa melakukan operasi karena kebisingan! (dia membentak anggotanya dan itu membuat yang lain ketakutan).
Dia betanya kembali kepada Eun Jae “apa yang sedang kau lakukan? Bukankah kau akan melakukan operasi? Wakktu tersu berjalan ,ayo segera lakukan.
Ketua : apa kau memeriksa riwayat panggilannya? Apa mereka meminta bantuan?
Eun Jae dan Tim yang lainnya saling memandang satu sama lain. Jae Geol sangat tidak berdaya dan yang lain masih teriak histeris.
Anggota : tidak, mereka belum melaporkan kepada siapapun.
Ketua : jika tidak, segera hentika sekarang juga. Dokter kami yang sensitif Dokter Song Eun Jae tidak bisa melakukan operasi karena kebisingan! (dia membentak anggotanya dan itu membuat yang lain ketakutan).
Dia betanya kembali kepada Eun Jae “apa yang sedang kau lakukan? Bukankah kau akan melakukan operasi? Wakktu tersu berjalan ,ayo segera lakukan.
Di kantor Polisi Maritim. Mereka mendapat laporan dari penjaga pantai bahwa rumah sakit kapal menghilang, petugas lain kaget dan bertanya “hilang?” dia menjelaskan bahwa kapalnya hilang dari GPS dan tidak dapat dilacak.
Polisi maritim : apa mereka msih di pelabuhan? Apa AIS mereka rusak? (Automatic Identification system)sistem pelacakan otomatis pada kapal) coba panggil kapten.
Mereka mengatakan bahwa penjaga pantai sudah menghubunginya namun panggilannya darurdat dan tidak tersedia.
Polisi : apa itu benar? Itu sangat aneh. Ya, aku mengerti. Kita harus pergi dan memeriksanya.
Polisi maritim : apa mereka msih di pelabuhan? Apa AIS mereka rusak? (Automatic Identification system)sistem pelacakan otomatis pada kapal) coba panggil kapten.
Mereka mengatakan bahwa penjaga pantai sudah menghubunginya namun panggilannya darurdat dan tidak tersedia.
Polisi : apa itu benar? Itu sangat aneh. Ya, aku mengerti. Kita harus pergi dan memeriksanya.
Eun Jae masih melakukan operasi, tiba-tiba pasien mengalami pendarahan hebat, dia pun langsung membersihkan darahnya dengan kasa. Dokter Joon Young memberitahu Eun Jae bahwa tekanan darah pasien turun drastis. Situasi ruang operasi semakin genting. Ketua geng mulai panik dan bertanya “apa itu? Apa yang kau lakukan pada atasan kami? Apa kau mencoba membunuhnya? Jawab aku sekarang juga?” dia dan anggotanya langsung menaruh pistol di kepala Eun Jae dan Hyun.
Eun Jae ingin teriak, namun dia menahan diri karena sedang berada di ruang operasi. Hyun berteriak “CUKUP!!! Letakan pistol kalian. Jika kau tidak ingin membunub pasien, taruh pistolnya ke bawah” mereka saling memandang dan mulai menjauhkan pistolnya.
Eun Jae ingin teriak, namun dia menahan diri karena sedang berada di ruang operasi. Hyun berteriak “CUKUP!!! Letakan pistol kalian. Jika kau tidak ingin membunub pasien, taruh pistolnya ke bawah” mereka saling memandang dan mulai menjauhkan pistolnya.
Hyun meminta Eun JAe untuk tidak mendengarkan siapapun, jangan khawaitr dan fokus pada pasien. Eun Jae terlihat sangat ketakutan dan terus bergetar. Hyun pun bertanya “apa yang terjadi pada pasien?”
Eun Jae mangatakan bahwa pelurunya memantul dan merusak arteri inferior (arteri: pembuluh darah, yang membawa darah dari jantung) hematoma menghalanginya.
Hyun : lalu, apa yang harus kau lakukan? (Hyun memasukkan tangannya ke perut pasien) pikirkan tentang itu, jangan khawatir tentang hal lain, tenang dan pikirkan. Sekarang sedang terjadi pendarahan. Tenang dan pikirkan. Jika kau memikirkannya, kau bisa menemukan jalannya.
Eun Jae mangatakan bahwa pelurunya memantul dan merusak arteri inferior (arteri: pembuluh darah, yang membawa darah dari jantung) hematoma menghalanginya.
Hyun : lalu, apa yang harus kau lakukan? (Hyun memasukkan tangannya ke perut pasien) pikirkan tentang itu, jangan khawatir tentang hal lain, tenang dan pikirkan. Sekarang sedang terjadi pendarahan. Tenang dan pikirkan. Jika kau memikirkannya, kau bisa menemukan jalannya.
Eun Jae masih belum tenang dan memikirkan sesuatu. Eun Jae mengingat cerita ayah Hyun, kilas balik ayah Hyun di tampilkan “pada tahun 2013, suriah adalah neraka, perang tak berujung. Ada banyak korban tembakan yang tak terhitung jumlahnya setiap hari, ada seorang anak tentara yang usianya belum 12th, tapi kita tidak punya cukup darah, itulah sebabnya, sebagai upaya terakhir....” kilas balik berakhir.
Eun Jae ingat dan mengatakan “Autotransfusi” (Autotransfusi: mekanisme transfusi darah, dimana seseorang menerima darah dari tubuh mereka sendiri) Eun Jae langsung meminta AH Rim untuk membawa tabung silikon dan katung darah. Eun Jae meminta Hyun untuk tetap menahan dan memastikan kondisi pasien.
Hyun : kau mau kemana?
Eun Jae : suriah.
Kilas balik ditampilkan, saat Eun Jae berbincang dengan ayah Hyun, ayah Hyun bertanya “apa kau akan pergi ke medan perang?” Eun Jae menjawab “tidak, tapi dari waktu ke waktu. Tempat kerjaku menjadi sama berbahayanya”
Ayah Hyun : di korea abad ke-21 ?
Eun Jae : Ya.
Eun Jae manggambar dan meneliti setiap gambar operasi yang terkena peluru, ayah Hyun bilang “itulah sebabnya, selama operasi, sebagai upaya terakhir kami melakukan Autotransfusi. Kami sadar akan resikonya, namun kami tida punya cara lain untuk menyelamatkan pasien” kilas balik berakhir.
Ah Rim menampung darah yang keluar dari tubuh pasien, Eun Jae memintanya untuk memasukkan kembali ke pasien saat kantung darah sudah penuh dan mengganti kantung darahnya kapan saja ketika sudah penuh. Eun Jae mengatakan kepada Hyun “dia bisa bertahan sebentar”.
Hyun : tapi sebentar saja, kan? Kita membutuhkan setidaknya 10 bungkus darah jika posteave-nya meledak. Pasien kehilangan terlalu banyak darah. Autotransfusi tidak akan menyelesaikannya, bukan? (Eun Jae mengangguk Ya)
Joon Young : lalu, apa yang harus kita lakukan?
Hyun : kita perlu menghilangkan karbondioksida dari perutnya.
Eun Jae ingat dan mengatakan “Autotransfusi” (Autotransfusi: mekanisme transfusi darah, dimana seseorang menerima darah dari tubuh mereka sendiri) Eun Jae langsung meminta AH Rim untuk membawa tabung silikon dan katung darah. Eun Jae meminta Hyun untuk tetap menahan dan memastikan kondisi pasien.
Hyun : kau mau kemana?
Eun Jae : suriah.
Kilas balik ditampilkan, saat Eun Jae berbincang dengan ayah Hyun, ayah Hyun bertanya “apa kau akan pergi ke medan perang?” Eun Jae menjawab “tidak, tapi dari waktu ke waktu. Tempat kerjaku menjadi sama berbahayanya”
Ayah Hyun : di korea abad ke-21 ?
Eun Jae : Ya.
Eun Jae manggambar dan meneliti setiap gambar operasi yang terkena peluru, ayah Hyun bilang “itulah sebabnya, selama operasi, sebagai upaya terakhir kami melakukan Autotransfusi. Kami sadar akan resikonya, namun kami tida punya cara lain untuk menyelamatkan pasien” kilas balik berakhir.
Ah Rim menampung darah yang keluar dari tubuh pasien, Eun Jae memintanya untuk memasukkan kembali ke pasien saat kantung darah sudah penuh dan mengganti kantung darahnya kapan saja ketika sudah penuh. Eun Jae mengatakan kepada Hyun “dia bisa bertahan sebentar”.
Hyun : tapi sebentar saja, kan? Kita membutuhkan setidaknya 10 bungkus darah jika posteave-nya meledak. Pasien kehilangan terlalu banyak darah. Autotransfusi tidak akan menyelesaikannya, bukan? (Eun Jae mengangguk Ya)
Joon Young : lalu, apa yang harus kita lakukan?
Hyun : kita perlu menghilangkan karbondioksida dari perutnya.
Hyun bilang kepada mereka, bahwa dia akan pergi dulu dan bilang “tipe darah pasien adalah B, tapi aku O, jadi aku adalah pendonor Universal (Eun Jae menatapnya kaget). Hyun meminta perawat Pyo menggantikan posisinya.
Hyun bilang kepada Eun Jae bahwa mulai sekarang perawat Pyo yang akan membantunya “aku akan segera kembali”
Hyun bilang kepada Eun Jae bahwa mulai sekarang perawat Pyo yang akan membantunya “aku akan segera kembali”
Hyun langsung mebuka seragam operasinya dan mengabil suntikan, dia mulai mengikat tangannya dengan torniquet (alat untuk mengikat tangan, untuk mempermudah melihat pena) dan dia mengambil darahnya sendiri. Eun Jae memperhatikan Hyun, dan akhirnya darah Hyun pun keluar sampai Hyun keringatan.
Eun Jae meminta perawat AH Rim untuk mengenakan beberapa scrub “kau banyak berlatih, kan? Inilah temapatmu sekarang, bisakah kau melakukannya?.
AH Rim : YA, tentu saja dokter.
AH Ri meminta Joon Young untuk menggantikan posisinya memegang katung darah. Hyun juga meminta Joon Young untuk tetap memonitor pasien dan menjaga darah agar tetap mengalir. Joon Young pun mengerti.
Saat Hyun beranjak keluar, tiba-tiba dia berhenti dan balik lagi ke belakang, dia menyuruh ketua geng untuk memegang kantung darahnya, dia memberikan darahnya.
Ketua geng : apa ini ?
Hyun : ayo ikut denganku, jika kau ingin menyelamatkannya ikut aku sekarang juga.
Dia pun akhirnya setuju dan mengikuti Hyun. Eun Jae terus memperhatikan Hyun.
Eun Jae meminta perawat AH Rim untuk mengenakan beberapa scrub “kau banyak berlatih, kan? Inilah temapatmu sekarang, bisakah kau melakukannya?.
AH Rim : YA, tentu saja dokter.
AH Ri meminta Joon Young untuk menggantikan posisinya memegang katung darah. Hyun juga meminta Joon Young untuk tetap memonitor pasien dan menjaga darah agar tetap mengalir. Joon Young pun mengerti.
Saat Hyun beranjak keluar, tiba-tiba dia berhenti dan balik lagi ke belakang, dia menyuruh ketua geng untuk memegang kantung darahnya, dia memberikan darahnya.
Ketua geng : apa ini ?
Hyun : ayo ikut denganku, jika kau ingin menyelamatkannya ikut aku sekarang juga.
Dia pun akhirnya setuju dan mengikuti Hyun. Eun Jae terus memperhatikan Hyun.
Post a Comment for "Hospital Ship Episode 29 Part 2"