SINOPSIS Because This is My First Life Episode 1 Part 1
Episode 1 Part 1
All images credit and content copyright: tvN
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Because This is My First Life Episode 1 Part 2
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Because This is My First Life Episode 1 Part 2
Di keluarga gadis itu hanya mengutamakan anak laki-laki, mereka tidak mempedulikan anak perempuan, saat dia berulang tahun, dia tidak pernah diberi kesempatan tiup lilin dan membuat permohonan, yang meniup lilin malah adik laki-lakinya, dia ingin mencoba meniup lilin tapi tidak pernah diberi kesempatam sekalipun bahkan ssi ulang tahunnya sendiri.
Setelah selesai tiup lilin ayahnya selalu bilang “mari makan! mari maka!” tidak pernah mengatakan hal lain. Ayahnya sangat rakus, bahkan anak-anak dan istrinya pun hanya melihatnya makan.
Setelah selesai tiup lilin ayahnya selalu bilang “mari makan! mari maka!” tidak pernah mengatakan hal lain. Ayahnya sangat rakus, bahkan anak-anak dan istrinya pun hanya melihatnya makan.
Setelah dia berusia 20 tahun, dia merayakan ulang tahun bersama temannya di sebuah kafe, dan akhirnya dia bisa membuat permohonan pertamanya, di setiap tahun permohonannya selalu sama yaitu “kabulkan aku menjadi penulis yang hebat”
Setelah 10 tahun, dia benar-benar menjadi seorang penulis.
Dia sedang menulis kisah Oscar, disana menceritakan istri Oscar meminta cerai kepadanya. Pekerjaan dia saat ini adalah Asisten Penulis Melodrama, dia sudah menjadi asisten penulis selama 5 tahun, dia mempunyai banyak pengalaman mulis dari bebertapa subbagian, tapi ...
Dia masih menulis tentang oscar, disana seorang pembatu masuk ke kamar istri oscar, tiba-tiba istrinya itu bangun dan bertanya “ajumma sedang apa kemari?” ajumma itu pun memberitahunya bahwa dia sedang membersihkan baju bayi, dia marah-marah “berani-beranyanya kau menyentuh barang-barang anakku” dan menyuruh ajumma untuk pergi dari kamarnya. Dia sangat kesal dengan oscar “aku tidak akan memaafkanmu”.
Kemudian dia menuju meja riasnya dan dia memakai Lipstik berwarna merah tak beraturan. Disana ada selipan iklan Lipstik “Lipstik warna merah beludru dipakai oleh 3 artis utama senilai 30 juta Won” orang yang menonton itu responya berbeda-beda. Ada yang bete, tertawa bahkan ada yang tidak mempedulikannya.
Bagian terpenting dari pekerjaannya adalah menggalang dana, di setiap adegan cerita dia selalu menyelipkan iklan. Peminat ceritanya juga banyak, bahkan sampai ke ibu-ibu yang ssedang di rawat do rumah sakitpun melihat filmnya.
Dan akhirnya cerita yang dia tulis tentang Oscar selesai, dan dia bebas bisa berlibur.
Seorang wanita sedang bicara di telpon, di terlihat menerima komplen dari seseorang namun dia membela diri “bukan salahku, ada begitu banyak iklan sponsor di drama. Kalau saja kau sudah pakai iklan itu di episode lain, aku tidak perlu pakai banyak iklan dalam satu episode sekaligus, apa? Tak tahulah, berhenti menelponku” wanita itu merasa sangat terganggu dengan si penelpon tadi.
Wanita itu melanjutkan pekerjaannya dan berkata “seharusnya setelah berciuman, wanita itu langsung menamparnya, atau haruskah dia menamparnya lalu berciuman” dan ternyata wanita itu Boss Ji Ho
Ji Ho berada di pintu dengan membawa kopernya, Jo Ho trelihat sangat ragu untuk mendekati dan bebicara dengan Ibu Penulis. Dan akhirnya dia mendatangi ibu penulis. Ji Ho bilang bahwa draf terkahirnya sudah dia unggah “Gingseng merah, kosmetik dan iklan lainnya sudah ku masukkan” ibu penulis sepertinya tidak mendengar apa yang Ji Ho katakan.
Ibu penulis : baiklah. Aku harus hapus ini.
Ji Ho dengan suara pelan bilang : bu penulis, aku pamit dulu ya?
Ibu penulis : ya, kemana? (dia kaget saat melihat koper) omo,,, kau mau pulang?
Ji Ho : ya.
Bu penulis : terima kasih atas kerja kerasmu. Apa ini sudah sebulan?
JI Ho : tidak, tapi tiga bulan.
Bu penulis : sudah lama ya. Baiklah. Kau tinggal di Gangdong-gu, bukan?
Ji Ho : Gangseo-gu yang benar.
Bu penulis : Gangseo-gu, oh iya betul. Kau tinggal dengan kakak peremuanmu?/
Ji Ho : yang benar, aku tinggal dengan adik laki-lakiku.
Bu penulis terlihat sangat malu karena semua ynag dia katakan salah, bahkan Ji Ho sudah lama bekerja dengannya dan bilang "lalu, siapa dia?” pertanyaannya sudah kacau lagi, dan sepetinya dia suah mulai sadar dengan perkataanya. Ibu penulis pun akhirnya berkata sesuai dengan yang Ji Ho ingin dengar dari tadi “baiklah, sekarang kau boleh pergi”
Ji Ho : sampai nanti di pesta kita.
Ji Ho berada di pintu dengan membawa kopernya, Jo Ho trelihat sangat ragu untuk mendekati dan bebicara dengan Ibu Penulis. Dan akhirnya dia mendatangi ibu penulis. Ji Ho bilang bahwa draf terkahirnya sudah dia unggah “Gingseng merah, kosmetik dan iklan lainnya sudah ku masukkan” ibu penulis sepertinya tidak mendengar apa yang Ji Ho katakan.
Ibu penulis : baiklah. Aku harus hapus ini.
Ji Ho dengan suara pelan bilang : bu penulis, aku pamit dulu ya?
Ibu penulis : ya, kemana? (dia kaget saat melihat koper) omo,,, kau mau pulang?
Ji Ho : ya.
Bu penulis : terima kasih atas kerja kerasmu. Apa ini sudah sebulan?
JI Ho : tidak, tapi tiga bulan.
Bu penulis : sudah lama ya. Baiklah. Kau tinggal di Gangdong-gu, bukan?
Ji Ho : Gangseo-gu yang benar.
Bu penulis : Gangseo-gu, oh iya betul. Kau tinggal dengan kakak peremuanmu?/
Ji Ho : yang benar, aku tinggal dengan adik laki-lakiku.
Bu penulis terlihat sangat malu karena semua ynag dia katakan salah, bahkan Ji Ho sudah lama bekerja dengannya dan bilang "lalu, siapa dia?” pertanyaannya sudah kacau lagi, dan sepetinya dia suah mulai sadar dengan perkataanya. Ibu penulis pun akhirnya berkata sesuai dengan yang Ji Ho ingin dengar dari tadi “baiklah, sekarang kau boleh pergi”
Ji Ho : sampai nanti di pesta kita.
Akhirnya Ji Ho bisa menikmati udara luar dengan tenang, dia sedang menunggu lampu merah giliran untuk menyeberang.
Ji Ho menerima telepon dari seseorang, Ji Ho memberitahunya bahwa dia sudah pulang dan lagi dalam perjalanan. Ji Ho sudah 3 bulan tidak pulang ke rumah, Ji Ho mengatakan bahwa dia akan mandi air panas setiba di rumah “terus aku akan selimutan di tempat tidur, habis itu tidur seperti mayat”
Penelpon : Ji Seok itu lagi apa? Jika dia merepotkanmu, setidaknya dia harus datang menjemputmu.
Ji Ho : aigooo, kau banyak tanya sekali. Aku malah bersyukur dia tidak membakar tempat itu.
Penelpon : pokoknya setelah sampai rumah, kau harus langsung tidur, jagan beres-beres dulu atau cuci pakaian, terus jangan angkat telepon dari Ho Rang.
JI Ho : kenapa?
Penepon : mereka bertengkar lagi, paling tidak, mereka dua jam bertengkarnya.
Ji Ho : baiklah.
Setelah sampai depan rumah, dia langsung mengangkat kopernya dan mulai menaiki tangga.
Penelpon : Ji Seok itu lagi apa? Jika dia merepotkanmu, setidaknya dia harus datang menjemputmu.
Ji Ho : aigooo, kau banyak tanya sekali. Aku malah bersyukur dia tidak membakar tempat itu.
Penelpon : pokoknya setelah sampai rumah, kau harus langsung tidur, jagan beres-beres dulu atau cuci pakaian, terus jangan angkat telepon dari Ho Rang.
JI Ho : kenapa?
Penepon : mereka bertengkar lagi, paling tidak, mereka dua jam bertengkarnya.
Ji Ho : baiklah.
Setelah sampai depan rumah, dia langsung mengangkat kopernya dan mulai menaiki tangga.
Setiba di rumah, Ji Ho langung merapikan rumahnya karena banyak pakaian kotor berserakan dimana-mana, dia mengetuk pintu adiknya bahwa dia sudah pulang. Kemudian dia mengetuk pintu kamar adiknya lagi “Yoon Ji Seok, aku pualng” namun JI Seok tidak membykanya.
Ketika Ji Ho akan membuka pintu kamar adiknya, tiba-tiba dia menerima telpon dari Ho Rang, dia pun mengangkatnya meski temannya tadi mengatakan jangan menerima panggilan dari Ho Rang. Ji Ho berbicara denga Ho Rang sambl memncuci pakaian adiknya, dia kaget saat mendapat cucian Bra, dia merasa tidak punya Bra yang seperti itu, dia terlihat sangat bingung, milik siapa itu.
Ho Rang mengakhiri panggilannya karena di panggil oleh manager, dan mengatakan kepada Ji Ho, bahwa dia akan menelponnya lagi nanti, Ho Rang berbicara dengan Ji Ho selama 41:52 menit. Ji Ho melihat bra itu lagi, dan dia semakin yakin kalau itu bukan ukurannya. Kemudian dia berteriak memanggil adiknya “Hei Yoon Ji Seok. Padahal aku sudah pulang, tapi dia tidka mau menyambutku” dia pun pergi untuk memanggil Ji seok lagi.
Ho Rang mengakhiri panggilannya karena di panggil oleh manager, dan mengatakan kepada Ji Ho, bahwa dia akan menelponnya lagi nanti, Ho Rang berbicara dengan Ji Ho selama 41:52 menit. Ji Ho melihat bra itu lagi, dan dia semakin yakin kalau itu bukan ukurannya. Kemudian dia berteriak memanggil adiknya “Hei Yoon Ji Seok. Padahal aku sudah pulang, tapi dia tidka mau menyambutku” dia pun pergi untuk memanggil Ji seok lagi.
Ho Rang marah-marah : bisa-bisanya kau dengar musik padahal rumah berantakan seperti ini, kan sudah kuperingatkan, cuci handuk dan pakaian dalammu. Kau main game lagi ya?
Saat Ji Ho membuka pintu kamarnya, ternyata dia sedang berduaan dengan seorang gadis, Ji Ho langsung pergi dan bilang “astaga, tidak tidak” JI Seok pun langsung berlarian mengejar kakaknya.
Saat Ji Ho membuka pintu kamarnya, ternyata dia sedang berduaan dengan seorang gadis, Ji Ho langsung pergi dan bilang “astaga, tidak tidak” JI Seok pun langsung berlarian mengejar kakaknya.
Ji Seok brelarian mengejar kakaknya, namun kakanya menyuruh JI Seok untuk berhenti mengejarnya, sampai akhirny ji Ho terjatuh, dan adiknya mulai panik “nona, apa kamu keseleo?”
Ji Ho : tidak, aku tidak apa-apa. Aku lagi ingin sendirian, jadi selesaikan saja urusanmu.
Ji Seok : selesaikan apa? Ayo bali ke rumah, kau harus menyapa.
Ji Ho : menyapa siapa? Siapa wanita yang tadi bugil di kamaramu itu? Tidak, tidak usah. Aku sudah ada jnaji sama orang. Aku hampir lupa, ingatanku jelek sekali, nanti aku pulang telat, jadi aku bisa suruh dia ssantai saja, sebelum dia pergi. (dengan gugup dia mengatakan semua itu)
Ji Seok : dia tida pergi kemana-mana. Dia tinggal disini.
Ji Ho : kenapa?
Ji Seok : dia... dia istriku.
JI Ho : sejak kapan? (kaget)
Ji Seok : sudah empat bulan. Kau sebentar lagi akan menjadi bibi (JI Ho semakin kaget) kau akan menjadi bibi. Dia hamil
Ji Ho (dalam pikirannya) : sepertinya tidak ada orang yang menyadarinya, tapi hari ini, hari ulang tahunku yang ke-30.
Ji Ho : tidak, aku tidak apa-apa. Aku lagi ingin sendirian, jadi selesaikan saja urusanmu.
Ji Seok : selesaikan apa? Ayo bali ke rumah, kau harus menyapa.
Ji Ho : menyapa siapa? Siapa wanita yang tadi bugil di kamaramu itu? Tidak, tidak usah. Aku sudah ada jnaji sama orang. Aku hampir lupa, ingatanku jelek sekali, nanti aku pulang telat, jadi aku bisa suruh dia ssantai saja, sebelum dia pergi. (dengan gugup dia mengatakan semua itu)
Ji Seok : dia tida pergi kemana-mana. Dia tinggal disini.
Ji Ho : kenapa?
Ji Seok : dia... dia istriku.
JI Ho : sejak kapan? (kaget)
Ji Seok : sudah empat bulan. Kau sebentar lagi akan menjadi bibi (JI Ho semakin kaget) kau akan menjadi bibi. Dia hamil
Ji Ho (dalam pikirannya) : sepertinya tidak ada orang yang menyadarinya, tapi hari ini, hari ulang tahunku yang ke-30.
Ji Ho sedang makan malam bersama keluarga dan anggota keluarga barunya (istri Ji Seok) ibunya membawakan makan untuk mereka dari dapur. Istri JI Seok menunjukkan perhatian kepada ayahnya “pasti ayah kelelahan mengemudi” sambil memberikan makanannya.
Ji Ho kaget mendengarnya “ayah?” ayah menggeserkan kembali makanannya dan bilang “bukankah kau lelah, nak?” dengan muka kesal Ji Ho bilang “nak?” ayah langsung melihatnya dan berkata “akhmmm, pasti kau sudah tahu dai Ji Seok, tapi ayah tidak bisa memberitahumu sebelumnya, karena kau sibuk bekerja. Bagaimanapun juga kita semua keluarga, antrilah pakai toilet dan dahulukan yang lebih punya keperluan mendesak, salinglah bersikpa baik dan hidup dengan baik, ya?”
Ji Ho dan Jae Seok bilang secara bersamaan “tinggal bersama?” “kami bertiga?”
Ayah : kenapa?
JI Seok dan JI Ho : tidak bisa.
Ji Ho : mereka kan penagntin baru.
Ji Seok : kita penganti baru.
Ayah (marah sambil mendobrak meja) : bagaimana?
Ji Ho kaget mendengarnya “ayah?” ayah menggeserkan kembali makanannya dan bilang “bukankah kau lelah, nak?” dengan muka kesal Ji Ho bilang “nak?” ayah langsung melihatnya dan berkata “akhmmm, pasti kau sudah tahu dai Ji Seok, tapi ayah tidak bisa memberitahumu sebelumnya, karena kau sibuk bekerja. Bagaimanapun juga kita semua keluarga, antrilah pakai toilet dan dahulukan yang lebih punya keperluan mendesak, salinglah bersikpa baik dan hidup dengan baik, ya?”
Ji Ho dan Jae Seok bilang secara bersamaan “tinggal bersama?” “kami bertiga?”
Ayah : kenapa?
JI Seok dan JI Ho : tidak bisa.
Ji Ho : mereka kan penagntin baru.
Ji Seok : kita penganti baru.
Ayah (marah sambil mendobrak meja) : bagaimana?
Ji Ho pergi minum bersama teman-temannya, dia terlihat sudah banyak sekali minum. Temannya mengatakan bahwa JI Seok lah yang harus pindah “yang bayar biaya hidup dan perawatan kan kamu. Beraninya dia meyuruhmu pindah, padahal dia itu pengangguran”
“hei, rumah itu juga kan terdaftar atas namamu, lagi pula takkan ada masalah hukum”
JI Ho : rumah? Rumah itu atas nama Ji Seok
“apa? Tapi kenapa? Kau kan yang membayar setoran, saat ayahmu beli rumah itu”
“hei, kau tak tahu apa-apa. Ketika orang tua membeli rumah anak-anak mereka di korea, otimatis rumah itu menjadi milik anak laki-laki. Itu semacam membayar demi generasi masa depan mereka. Ji Seok bertanggung jawab meneruskan keturunan keluarga mereka, ayahnay bahkan tidak mempertimbangkan berapa banyak bayarannya”
“Hei! Itu namanya pemikiran kolot”
“Ji Ho, kau harus hamil malam ini juga, ayo kita ke kalab sekarang. Kau harus hamil, buat membuktikan kalau kau juga bisa melanjutkan keturunan keluarga”
“hei, rumah itu juga kan terdaftar atas namamu, lagi pula takkan ada masalah hukum”
JI Ho : rumah? Rumah itu atas nama Ji Seok
“apa? Tapi kenapa? Kau kan yang membayar setoran, saat ayahmu beli rumah itu”
“hei, kau tak tahu apa-apa. Ketika orang tua membeli rumah anak-anak mereka di korea, otimatis rumah itu menjadi milik anak laki-laki. Itu semacam membayar demi generasi masa depan mereka. Ji Seok bertanggung jawab meneruskan keturunan keluarga mereka, ayahnay bahkan tidak mempertimbangkan berapa banyak bayarannya”
“Hei! Itu namanya pemikiran kolot”
“Ji Ho, kau harus hamil malam ini juga, ayo kita ke kalab sekarang. Kau harus hamil, buat membuktikan kalau kau juga bisa melanjutkan keturunan keluarga”
Ji Ho ingat kembali kejadian saat adiknya berduaan dengan istrinya yang sekarang ini, dia berteriak “ah tidak...” “bisa tidak jangan menyinggung hal-hal seperti itu di hadapanku” temannya hanya bengong saat Ji Ho berteriak dan mengatakan hal tadi.
Ji Ho : aku sebenarnya... melihat Ji Seok melakukannya membuat istrinya hamil.
Mereka semua kaget “apa? Astga...”
Ji Ho : makanya, tapi karena sudah terkanjur, aku tidak bisa tinggal bersama mereka.
“tapi bagiamana?”
Ji Ho : aku ada di Balkon dan lagi telpoanan denganmu. Jadi dia tidak tahu aku sudah ada di rumah.
“berapa lama kalian terlponan?”
Ji Ho : sekitar 40 menit.
“ashh berarti JI Seok melakukannya selama 40 menit juga?” obrolan mereka semakin ngawur. Tiba-tiba ada orang yang marah-marah dan membuat mereka kaget.
Ji Ho : aku sebenarnya... melihat Ji Seok melakukannya membuat istrinya hamil.
Mereka semua kaget “apa? Astga...”
Ji Ho : makanya, tapi karena sudah terkanjur, aku tidak bisa tinggal bersama mereka.
“tapi bagiamana?”
Ji Ho : aku ada di Balkon dan lagi telpoanan denganmu. Jadi dia tidak tahu aku sudah ada di rumah.
“berapa lama kalian terlponan?”
Ji Ho : sekitar 40 menit.
“ashh berarti JI Seok melakukannya selama 40 menit juga?” obrolan mereka semakin ngawur. Tiba-tiba ada orang yang marah-marah dan membuat mereka kaget.
Seorang pria berkumis dengan tubuh kekar marah-marah kepada pak Nam, dia bilang “apa kau ingin aku pindah?” “maaf ya bagiku, kau sudah seperti adikku. Aku ingn menjagamu layaknya seorang kakak”
Kemudian pak Nam memanggil seoarng pelayan dan memintanya untuk megabilkan dua tetes cuka.
“aku sungguh menganggapmu sebagai adik kandungku. Kukira kita sudah seperti kakak beradik”
Pak Nam : aku mengerti.
Pan Nam mengelurkan berkas dari tas nya, dan itu adalah kontrak pertama yang mereka tulis.
Pak Nam : aturannya suda ada di tulis, sewaktu pihak kedua tinggal di rumah pemilik. Pihak kedua harus mengikuti aturan. Kau tidak mengikuti aturan pertama, kau juga tidak mengikuti aturan kedua dan ketiga.
Pria berkumis : kalau begitu kembalikan uang sewaku bulan ini.
Pak Nam : kau pulang ke rumah dalam keadaan mabuk jumat malam lalu, kau lupa kata sandi dan menendang pintu depan selama 10 menit. Kau makan lima kaleng makanan kucingku dan salah mengira kalau itu kaleng tuna. Dan kau buang air kecil di depan kulkas.
“jadi waktu itu kau ada dirumah? Ku kira hari itu kau lagi dinas”
Pak Nam : lalu polisi datang ke rumahku.
“oh betul, ada orang ynag melaporkanku ke polisi.
Pak Nam : aku yang melapornya dari kamarku.
“si sialan ini, kau gila ya? Hei brengsek” dia mulai brontak, rekan berusaha menenagkannya dan berkata “jadi waktu itu kau ada dirumah, kenapa kau tidak keluar dan bicara denganku dulu”
“dia memang tidak waras”.
Kemudian pak Nam memanggil seoarng pelayan dan memintanya untuk megabilkan dua tetes cuka.
“aku sungguh menganggapmu sebagai adik kandungku. Kukira kita sudah seperti kakak beradik”
Pak Nam : aku mengerti.
Pan Nam mengelurkan berkas dari tas nya, dan itu adalah kontrak pertama yang mereka tulis.
Pak Nam : aturannya suda ada di tulis, sewaktu pihak kedua tinggal di rumah pemilik. Pihak kedua harus mengikuti aturan. Kau tidak mengikuti aturan pertama, kau juga tidak mengikuti aturan kedua dan ketiga.
Pria berkumis : kalau begitu kembalikan uang sewaku bulan ini.
Pak Nam : kau pulang ke rumah dalam keadaan mabuk jumat malam lalu, kau lupa kata sandi dan menendang pintu depan selama 10 menit. Kau makan lima kaleng makanan kucingku dan salah mengira kalau itu kaleng tuna. Dan kau buang air kecil di depan kulkas.
“jadi waktu itu kau ada dirumah? Ku kira hari itu kau lagi dinas”
Pak Nam : lalu polisi datang ke rumahku.
“oh betul, ada orang ynag melaporkanku ke polisi.
Pak Nam : aku yang melapornya dari kamarku.
“si sialan ini, kau gila ya? Hei brengsek” dia mulai brontak, rekan berusaha menenagkannya dan berkata “jadi waktu itu kau ada dirumah, kenapa kau tidak keluar dan bicara denganku dulu”
“dia memang tidak waras”.
“teganya kau melaporkan teman sekamarmu ke polisi”
Pak Nam : dia seharusnya bersyukur, bahwa aku tidak menuntunya, sampaikan itu ke seniormu.
“tapi, dia itu pria yang baik. Kau mungkin tidka tahu, tapi ada hal yang manusiawi, kau tahu apa artinya manusiawi?”
Pak Nam : bukankah itu tidak beradab ke orang itu?
“tidak, yang ku maksud manusiawi, menjadi orang biasa”
Pak Nam : aku jadi ingat ini, sampaikan kepada dia kalau kaleng yang dimakannya itu kaleng impor mahal.
“kau mau kemana?”
Pak Nam : rumah.
“apa maksudmu? Kau harus menstabilkan situs hari ini. pembaruan untuk versi baru dijadwalkan minggu depan”
Pak Nam : ada pendauran ulang hari ini dan aku harus kasih makan kucingku layaknya manusia.
Pak Nam : dia seharusnya bersyukur, bahwa aku tidak menuntunya, sampaikan itu ke seniormu.
“tapi, dia itu pria yang baik. Kau mungkin tidka tahu, tapi ada hal yang manusiawi, kau tahu apa artinya manusiawi?”
Pak Nam : bukankah itu tidak beradab ke orang itu?
“tidak, yang ku maksud manusiawi, menjadi orang biasa”
Pak Nam : aku jadi ingat ini, sampaikan kepada dia kalau kaleng yang dimakannya itu kaleng impor mahal.
“kau mau kemana?”
Pak Nam : rumah.
“apa maksudmu? Kau harus menstabilkan situs hari ini. pembaruan untuk versi baru dijadwalkan minggu depan”
Pak Nam : ada pendauran ulang hari ini dan aku harus kasih makan kucingku layaknya manusia.
Setelah pak Nam pergi, dia berteriak “TIDAK” dan itu mengganggu semua para pekerja, dia pun meminta maaf dan menyuruh mereka untuk kembali bekerja.
Ji Ho pulang dalam keadaan mabuk, dia duduk di tangga depan rumahnya dan berkata “selama lima tahun aku bertanggung jawab mengelola rumah dan mengurus semuanya. Untuk itu, situasi sekarang ini dimana aku harus diperlakukan seperti tamu, sungguh... sungguh...” dia tidak ingat mau mengatakan apa. Dia pun ingat perkataan temannya “sungguh melanggar hak-hak fundamentalku, akulah yang membayar setoran sementara, akulah yang membeli kulkas dengan gaji pertamaku, Aku jugalah yang mengganti alat pemanas tahun lalu. Sampaikan itu ke ayahmu dan perjuangkanlah hakmu”
Ayah dan JI Seok sedang asyik nonton, sementara ibunya sedang mengupas apel untuk mereka.
Ji Ho baru pulang, dia langsung berteriak “ayah, ada yang harus....” tiba-tiba istri Jae Seok datang dan bilang “ada yang harus aku katakan kepada ayah”
Ayah : iya, ada apa nak?
“tadi aku ke Rumah Sakit”
JI Ho mencoba menghentikannya “tungu...”
“ayah, hasil USG-nya diperkirakan anak laki-laki”
Ayah, Ji Seok dan istrinya sangat senang, mereka tertawa bersama saat melihat video hasil USG-nya. Namun berbeda denngan ibu dan Ji Ho, mereka terlihat sangat kesal dengan kebodohan mereka.
Ayah : iya, ada apa nak?
“tadi aku ke Rumah Sakit”
JI Ho mencoba menghentikannya “tungu...”
“ayah, hasil USG-nya diperkirakan anak laki-laki”
Ayah, Ji Seok dan istrinya sangat senang, mereka tertawa bersama saat melihat video hasil USG-nya. Namun berbeda denngan ibu dan Ji Ho, mereka terlihat sangat kesal dengan kebodohan mereka.
Ho Rang : apa menurutmu JI Ho sudah bicara dengan ayahnya?
“kurasa tak berjalan lancar”
Ho Rang : apa kau mau minum bir lagi?
“perutku suda kembung”
Ho Rang : kalau begitu, mau pergi ke Itaewon? Adabanyak club disana.
“berhenti bertinda seperti bukan dirimu, telepon saja Won Seok itu”
Ho Rang : sudah kubilang, kami itu suda putus!!!
“kurasa tak berjalan lancar”
Ho Rang : apa kau mau minum bir lagi?
“perutku suda kembung”
Ho Rang : kalau begitu, mau pergi ke Itaewon? Adabanyak club disana.
“berhenti bertinda seperti bukan dirimu, telepon saja Won Seok itu”
Ho Rang : sudah kubilang, kami itu suda putus!!!
Tiba-tiba Ho Rang melihat pakaian temannya dan berkata “kau tidak pakai bra lagi?”
“aku sesak pakai bra, pencernaanku tak lancar kalau pakai bra”
Ho Ranng : Tutup pakai tas mu. Ini kelihatan.
“hei! Serius kau suda putus?”
Ho Rang : ya kali ini seriusan. Dia tidak menelponku selama tiga hari, itu berarti dia ingin putus. Kita suda tak saling terobsesi lagi.
Dia membalikkan kepada Ho Rang ke arah Won Seok yang sedang berdiri di halte.
“aku sesak pakai bra, pencernaanku tak lancar kalau pakai bra”
Ho Ranng : Tutup pakai tas mu. Ini kelihatan.
“hei! Serius kau suda putus?”
Ho Rang : ya kali ini seriusan. Dia tidak menelponku selama tiga hari, itu berarti dia ingin putus. Kita suda tak saling terobsesi lagi.
Dia membalikkan kepada Ho Rang ke arah Won Seok yang sedang berdiri di halte.
Dia melewati Won Seok dan berkata “Hei! Ho Rang mau ke kelab” Ho Rang sangat kesal dengan perkataan temannya itu. Won Seok melihat Ho Rang dengan penuh senyuman.
Ji Ho sedang mencari kamar di internet, namun dia sangat terganggu dengan canda tawaan mereka yang sangat keras. Ibunya masuk membawakan sup untuk Ji Ho, Ji Ho kaget dan melihat ibunya. Kemudian ibunya mmeinta Jo Ho untuk memakan sup-nya.
Ji Ho : kenapa malam-malam ibu membawakan sup rumput laut buatku? (sambil memakan sup-nya)
Ibu : kan ini ulang tahunmu, jadi makanlah.
JI Ho : iya, hari ini kan ulang tahunku, aku bahkan sampai lupa.
Ibu : kenapa bocah itu banyak ketawa? (ibunya juga merasa terganggu dengan kebisingan mereka) padahal ibu menyuruhnya mencari kerja, malah dia buat anak.
Ji Ho : bagaimana ini sekarang? Dia menghamilinya, jadi dia tidak bisa membatalkannya.
Ji Ho : kenapa malam-malam ibu membawakan sup rumput laut buatku? (sambil memakan sup-nya)
Ibu : kan ini ulang tahunmu, jadi makanlah.
JI Ho : iya, hari ini kan ulang tahunku, aku bahkan sampai lupa.
Ibu : kenapa bocah itu banyak ketawa? (ibunya juga merasa terganggu dengan kebisingan mereka) padahal ibu menyuruhnya mencari kerja, malah dia buat anak.
Ji Ho : bagaimana ini sekarang? Dia menghamilinya, jadi dia tidak bisa membatalkannya.
Ibu menaruh amplop putih di meja Ji Ho, dia kaget dan bertanya “apa ini?”
Ibu : kau kan harus cari kamar, jadi ini ibu kaish uangnya. Kau mana bisa tinggal dengan pengantin baru.
JI Ho : ibu...
Ibu : rahasiakan ini dari ayahmu. Dia pasti sangat kesal kalau tahu ibu diam-diam menyimpan uang.
Ibu : kau kan harus cari kamar, jadi ini ibu kaish uangnya. Kau mana bisa tinggal dengan pengantin baru.
JI Ho : ibu...
Ibu : rahasiakan ini dari ayahmu. Dia pasti sangat kesal kalau tahu ibu diam-diam menyimpan uang.
Ji Ho meneteskan air mata di wajahnya dan berkata “selama 30th ibu telah menghabiskan waktu dengan suami yang keras, namun ibu sellau mendukungku” dia membuka amplopnya “maslahnya adalah,,,, aku tidak tahu apa-apa tenytang dunia”
Ji Ho mendatangi sebuah bank untuk mendapatkan pinjaman, namun pihak bank menolaknya karena pekerjaan-nya Freelance dan itu bisa menjadi jaminannya dan tidak termasuk dalam persyaratan untuk mengajukan pinjaman, dan penghasilan tahunan Ji HO kurang dari 20jt won.
“anda juga tidak mimiliki asuransi, tingkat kredit anda sudah tingkat ke lima, kami mohon maaf”
Kemudian JI Ho menunjukkan subuah drama film yang di tulisnya, dan di tahun lalu filmnya cukup populer. JI HO terus memaksa pihak bank melihatnya dan meminata pihak bank menyetujiui pinjamannnya, namun pihak bank tetap tidak tertarik dan taat pada peraturan bank yang berlaku.
“anda juga tidak mimiliki asuransi, tingkat kredit anda sudah tingkat ke lima, kami mohon maaf”
Kemudian JI Ho menunjukkan subuah drama film yang di tulisnya, dan di tahun lalu filmnya cukup populer. JI HO terus memaksa pihak bank melihatnya dan meminata pihak bank menyetujiui pinjamannnya, namun pihak bank tetap tidak tertarik dan taat pada peraturan bank yang berlaku.
Ji Ho mendarangi sebuha makelar rumah, dia ingin mencaru sebuah apartemen, makelar itu bertanya “berapa deposit yang kau punya?” Ji Ho menyebutkan 3, makelar itu mengita Ji Ho punya 3jt Won, namun Ji Ho tidak menjelaskan berapa uang yang sebenarnya dia punya. Dan dia akhirnya menyebutkan angka yang sebenarnya dengan pelan, makelar itu terkejut mendengar jumlahnya.
Makelar menunjukkan beberapa hunian kepada Ji Ho, tempat pertama terihat sangat kumuh bahkan tidak layak untuk di tempati, sampai-sampai Ji Ho ingin muntah karena kag kuat dengan bau-nya. Ji Ho membuka sebuah jendela, namun ternaya jendela itu hanya lukisan semata yang persis sekali seperti jendela aslinya.
Tempat kedua rawan runtuh, tempat ke tiga sering bocor, tempat ke empat kirang dai 36 kaki persegi tidak ada dapur dan kamar mandi. Dia pun tak menyerah untuk mendapatakn tempat tinggal yang layak dan sesuai dengan uang yang dia punya.
Pak Nam dna rrekan kerja lainnya sedang meeting membahas sebuah pembaruan, boss bertanya “Nam apa kau sudah membuat pembaruan stbilitasnya?”
Pak Nam : belum, masih dalam proses (semuanya kaget)
“pak Nam, seharusnya kau melaporkan draf pertama hari ini”
Pak Nam : tidak bisa, beberapa pekerjaan terlalu berat jika harus menyelesaikannya sebelum jam 6 sore.
“maksudnya kau mau pulang dsekarang? Kau bekerja lembur malam-malam bukankah itu efektif?”
Pak Nam : saat iku tak bisa lembur, kecuali tugas utama yang harus ku uurus, aku sudah membuat daftar tugas yang harus dikerjakan untuk semuanya, jadi kalian harus lembur malam ini.
“apa kau dapat kerja lembur atau semmacamnya?”
Pak Nam : bukan begitu, aku hanya harus memberi makan kucingku (jawaban yang tak masuk akan, yang lain pun kaget) aku juga harus mendaur ulang.
Pak Nam : belum, masih dalam proses (semuanya kaget)
“pak Nam, seharusnya kau melaporkan draf pertama hari ini”
Pak Nam : tidak bisa, beberapa pekerjaan terlalu berat jika harus menyelesaikannya sebelum jam 6 sore.
“maksudnya kau mau pulang dsekarang? Kau bekerja lembur malam-malam bukankah itu efektif?”
Pak Nam : saat iku tak bisa lembur, kecuali tugas utama yang harus ku uurus, aku sudah membuat daftar tugas yang harus dikerjakan untuk semuanya, jadi kalian harus lembur malam ini.
“apa kau dapat kerja lembur atau semmacamnya?”
Pak Nam : bukan begitu, aku hanya harus memberi makan kucingku (jawaban yang tak masuk akan, yang lain pun kaget) aku juga harus mendaur ulang.
Boss sedang bicara dengan Pak Nam, dia mengakui kalau Pak Nam kesal dengan teman sekamarnya yang dia rekomendasikan “kau ini kan sudah dewasa, mana bisa bersikap ini padaku, kita kan sedang berbisnis, batas waktunya cuman seminggu”
Pak Nam : Ceo Ma, apa syarat pertamaku agar bisa bekerja disini?
Ceo Ma : gajimu?
Pak Nam : menurutku bukan.
Ceo Ma : kurasa tentang, apa orgasme ya ? oh ya algoritma, algoritma mu...
Pak Nam : perusahaan tidka bisa memeatahkan prinsip algoritma hidupku. Gara-gara kau, aku tak punya teman serumah lagi. Jadi algoritmaku hancur. Sebelum hidupku normal lagi, aku tak bisa kerja lembur (langsung pergi).
Pak Nam : Ceo Ma, apa syarat pertamaku agar bisa bekerja disini?
Ceo Ma : gajimu?
Pak Nam : menurutku bukan.
Ceo Ma : kurasa tentang, apa orgasme ya ? oh ya algoritma, algoritma mu...
Pak Nam : perusahaan tidka bisa memeatahkan prinsip algoritma hidupku. Gara-gara kau, aku tak punya teman serumah lagi. Jadi algoritmaku hancur. Sebelum hidupku normal lagi, aku tak bisa kerja lembur (langsung pergi).
Ceo Ma bingung, dan dia akhirnya akan mencarikan teman serumah untuknya lagi, dia akan menghubungi temannya membatu mencarikan teman sekaran Pak Nam untuk bisa bekerja selamnya.
Ji Ho sedang makan ramyeon di sebuah supermarket, dia berpikir “berapa banyak drama yang harus kutulis untuk bisa tinggal di tempat seperti itu (sambil melihat ke apartemen newah) tiba-tiba ponselnya bunyi dan itu panggilan dari Ho Rang. “apa kau sudah mendapatkan aoartemen?”
Ji Ho :belum.
Ho Rang memberitahunya bahwa ada apartemen yang tidak perlu menggunakan biaya deposit, “ya. Kau cuman perliu bayar 300rb/bulan”
JI Ho : hah, 300rb/bulan. Diamana tempatnya, aku akan kesana sekarang.
Ho Rang : tapi ada syaratnya.
Ji Ho :belum.
Ho Rang memberitahunya bahwa ada apartemen yang tidak perlu menggunakan biaya deposit, “ya. Kau cuman perliu bayar 300rb/bulan”
JI Ho : hah, 300rb/bulan. Diamana tempatnya, aku akan kesana sekarang.
Ho Rang : tapi ada syaratnya.
JI Ho Pun menemui Ho Rang di tempat kerjanya, mereka membahas soal apatemennya, apartemen itu berisi dua kamar dan itu ada kamar kecilnya dan disewakan “intinya, dia ingin orang yang bisa bayar sewanya dan jadi teman serumahnya”
Ji Ho : apa itu town House?
Ho Rang : tapi dia banyak maunya, dia ingin kau pindah sekarang (JI HO langsung menyetujuinya) dia butuh waktu seminggu untuk penyesuaian. Tapi dia agak gila.
Ji Ho : aku tak keberatan. Ho Rang aku ini suah hidup dengan penulis gila se-korea yang sensitif dan selama 5 tahun terdahir aku menjadi asistennya. Jadi aku sekarang ahli dalam menangani orang gila manapun.
Ho Rang meminta gara Won Seok memberikan nomornya kepada JI HO.
Ji Ho membahas soal Won Seok, dan mereka ternyata sudah baikan kembalik, Ho Rang berkata hal yang sensitif, Ji Ho pun langsung menghnetikannya, dia lsngung menutup mata dan telinganya, Ho Rang terus menggodanya. Dan berteriak kepada pelayan untuk mengambilkan minum untuknya.
Ji Ho : apa itu town House?
Ho Rang : tapi dia banyak maunya, dia ingin kau pindah sekarang (JI HO langsung menyetujuinya) dia butuh waktu seminggu untuk penyesuaian. Tapi dia agak gila.
Ji Ho : aku tak keberatan. Ho Rang aku ini suah hidup dengan penulis gila se-korea yang sensitif dan selama 5 tahun terdahir aku menjadi asistennya. Jadi aku sekarang ahli dalam menangani orang gila manapun.
Ho Rang meminta gara Won Seok memberikan nomornya kepada JI HO.
Ji Ho membahas soal Won Seok, dan mereka ternyata sudah baikan kembalik, Ho Rang berkata hal yang sensitif, Ji Ho pun langsung menghnetikannya, dia lsngung menutup mata dan telinganya, Ho Rang terus menggodanya. Dan berteriak kepada pelayan untuk mengambilkan minum untuknya.
Ji Ho sedang membereska pakaiannya ke dalam koper. Tiba-tiba Jae Seok dan dan istrinya datang membawa kue ulang tahun untuk JI HO, namun Ji Ho tida mempedulikannya.
Jae Seok : Ji Seol membelikan kue ulang tahun ini untukmu, ayo buat permohonanmu.
JI Ho pun memulai membuat permohonan dan meniup lilinnya.
Ji Seol : unni, apa permohonanmu?
Ji Ho : aku ingin jadi siput di kehidupan selanjutnya.
Ji Seol : kenapa?
Ji Ho : karena siput tidak pernah diusir.
Ji Seok : kau keterlaluan sekali, kau sengaja membuat istriku tertekan? Dia sedang hamil, dia bahkan membelikan ku untukum makanya kau tidak bisa tinggal denganmu.
Ji Ho marah dan menutup kopernya dengan sangat keras.
Jae Seok : Ji Seol membelikan kue ulang tahun ini untukmu, ayo buat permohonanmu.
JI Ho pun memulai membuat permohonan dan meniup lilinnya.
Ji Seol : unni, apa permohonanmu?
Ji Ho : aku ingin jadi siput di kehidupan selanjutnya.
Ji Seol : kenapa?
Ji Ho : karena siput tidak pernah diusir.
Ji Seok : kau keterlaluan sekali, kau sengaja membuat istriku tertekan? Dia sedang hamil, dia bahkan membelikan ku untukum makanya kau tidak bisa tinggal denganmu.
Ji Ho marah dan menutup kopernya dengan sangat keras.
Ji Seol mengikuti Ji Ho keluar, dia miminta Ji Ho untuk tidak keluar seperti ini “kau bisa datang kemari kapanpun kamu mau. Aku ssungguh tida keberatan tinggal dengamu”
Ji Ho : kau yakin? Saat JI Seok masih sekolah, hanya dua orang di apartemen itu. Aku tidak bisa membayangkanmu beres-bers rumah dalam keadaan hamil speperti ini. JI Seok juga pasti ingin aku mengurus anakmu juga. Jadi apa kamu ingin aku bekerja beres-bers rumah. Dan mengasuh bayi kalian. Aku tahu kau masih muda dan belum mengerti. Jangan membuatku jadi orang jahat.
Ji Ho mengambil amplop dari sakunya “katanya kau suka daging (memberikan amplop itu ke tangannya) belilah dengan uang ini, kalau masih ada sisa, pakai saja buat tagihan RS ayahmu.
Ji Seol tidak mengatakan apa-apa, Ji Ho pun pamitan pergi.
Ji Ho : kau yakin? Saat JI Seok masih sekolah, hanya dua orang di apartemen itu. Aku tidak bisa membayangkanmu beres-bers rumah dalam keadaan hamil speperti ini. JI Seok juga pasti ingin aku mengurus anakmu juga. Jadi apa kamu ingin aku bekerja beres-bers rumah. Dan mengasuh bayi kalian. Aku tahu kau masih muda dan belum mengerti. Jangan membuatku jadi orang jahat.
Ji Ho mengambil amplop dari sakunya “katanya kau suka daging (memberikan amplop itu ke tangannya) belilah dengan uang ini, kalau masih ada sisa, pakai saja buat tagihan RS ayahmu.
Ji Seol tidak mengatakan apa-apa, Ji Ho pun pamitan pergi.
Kalo ada jung so min udh pasti tak pantengin 😘😘 semangat nulis nya eonni
ReplyDeleteKalo ada jung so min udh pasti tak pantengin 😘😘 semangat nulis nya eonni
ReplyDelete