SINOPSIS Hospital Ship Episode 19 Part 1
Episode 19 Part 1
Hari ini ada kejadian, Sebuah gedung runtuh di situs pembongkaran di Daeyeon-dong Busan, disana banyak korban luka-luka, diantaranya buruh, tukang, mahasiswa dan masih banyak lagi.
Korban kecelakaan mulai berdatangan ke Rumah sakit dengan amulan, di RS sudah banyak wartawan yang menunggu kedatangan korban untuk mencari informasi apa penyebab runtuhnya gedung tersebut. Tiba-tiba Hyun datang dengan mobilnya, dia langsung berlari seperti sedang mencari seseorang yang ada di gedung itu. Dia melihat pasien yang dibawa para petugas RS.
Hyun mengatakan kepada seorang perawat bahwa tadi dia di hubungi pihak rumah sakit kalau rekannya ada dalam daftar kecelakaan, dan ternyata dia mencari Song Woo Jae, perawat itu mengira kalau Hyun adalah walinya, dan dia langsung menunjuk ke arah resepsionis untuk mendapat informasi lebih lanjut tentang pasien.
Eun Jae sedang di dalam taxi, dia menelpon Woon Jae namun nomornya tidak dapat dihubungi, Eun Jae terlihat khawatir, dia terus mengulangi panggilan ke Woon Jae namun tetap tidak dapat dihubungi, kemudian Eun Jae meminta sopir taksi untuk mengemudi lebih cepat.
Akhirnya Hyun menemukan Woon Jae, dia langsung membawanya dan memberi Woon Jae roti, Woon Jae terlihat sangat lahap saat menyantap Roti (sepertinya dia sangat kelaparan setelah mengalami kecelakaan tersebut) Hyun kaget melihat Woon Jae makan dengan lahap dan bertanya “apa kamu belum makan?” Hyun juga memberitahunya bahwa yang lain khawatir dengannya, dia juga meminta Woon Jae untuk segera menghabiskan makanannya, Woon Jae terlihat sangat manja saat meminta minum Susu kepada Hyun, Hyun Pun memberinya susu.
Woon Jae bertanya kepada Hyun “dari mana kamu mengenal kakaku?” Hyun pu menjawabnya “sudah kubilang, kamo hanya rekan kerja” saat Hyun mau memberinya susu lagi Woon Jae berkata “kamu menyukainya ya?” Hyun kaget mendengar perkataannya dan tak sengaja menumpahkan susu ke wajah Woon Jae, Hyun terlihat gerogi saat Woon Jae terus membicarakan tentang perasaan Hyun dan kakaknya. Woon Jae heran kenapa Hyun bisa menyukai kakaknya, dengan polosnya Hyun menjawab “aku juga heran”.
Saat mereka dalam perjalanan pulang, Woon Jae bilang bahwa dia menyukainya (Hyun) Hyun pun bilang “terima kasih” Woon Jae terlihat seperti sudah sangat dekat dengan Hyun, dia bilang kepada “mulai sekarang aku akan memanggilmu kakak iparku, kak Hyun” Hyun kaget mendenganya, dan Hyun memintanya untuk bicara lebih santai. Woon Jae meminta Hyun untuk tidak bilang kejadian malam ini kepada kakaknya (Eun Jae). Hyun bertanya dengan penuh penasaran “kenapa?” Woon Jae mengatakan bahwa kakaknya akan khawatir tanpa sebab dan merasa kalau dirinya tidak terlalu parah.
Hyun : namamu pasti akan disebutkan dalam berita.
Woon Jae : kakak tidak menonton berita, dia hanya mempedulikan operasi, heran... kamu menyukainya tapi hal seperti ini saja kamu tidak mengetahinya.
Woon Jae pun pergi dan Hyun mulai mengikutinya dengan senyuman kecilnya.
Hyun : namamu pasti akan disebutkan dalam berita.
Woon Jae : kakak tidak menonton berita, dia hanya mempedulikan operasi, heran... kamu menyukainya tapi hal seperti ini saja kamu tidak mengetahinya.
Woon Jae pun pergi dan Hyun mulai mengikutinya dengan senyuman kecilnya.
Eun Jae baru tiba di RS, dia terlihat sangat khawator dengan adiknya, setelah turun dari taxi dia langsung berlari ke IGD mencari adiknya di setiap ranjang yang sedang di atasi oleh para perwat.
Hyun menyuruh Woon Jae untuk berbaring di Bed RS, saat Woon Jae melihat kakaknya dari kejauhan dia langsung terlihat takut, dia langsung berbaring dan menutupi mukanya dengan selimut, Hyun juga kaget saat Eun Jae datang menghampirinya.
Eun Jae terlihat sangat lemas saat melihat tubuh adiknya di tutupi selimbut rumah sakit dan mulai mendekatinya, tiba-tiba Woon Jae berbisik kepada Hyun “apa yang terjadi?” sepertinya Eun Jae mendengar bisikan adiknya, Hyun menjwab pertanyaan Woon Jae “kurasa, dia melihat kita” Eun Jae terus berjalan mendekati belangkar dan Hyun pun langsung menyuruh Woon Jae untuk duduk.
Woon Jae berkata dan masih tetap berbisik karena dia tidak tahu kalau kakaknya sudah mendekatinya “aku tidak mau duduk, kamu juga seharusnya bersembunyi”
Eun Jae terlihat sangat lemas saat melihat tubuh adiknya di tutupi selimbut rumah sakit dan mulai mendekatinya, tiba-tiba Woon Jae berbisik kepada Hyun “apa yang terjadi?” sepertinya Eun Jae mendengar bisikan adiknya, Hyun menjwab pertanyaan Woon Jae “kurasa, dia melihat kita” Eun Jae terus berjalan mendekati belangkar dan Hyun pun langsung menyuruh Woon Jae untuk duduk.
Woon Jae berkata dan masih tetap berbisik karena dia tidak tahu kalau kakaknya sudah mendekatinya “aku tidak mau duduk, kamu juga seharusnya bersembunyi”
Setelah Eun Jae mendengar lebih jelas bisikan Woon Jae, dia bilang dengan raut wajah marah “Woon Jae, bicara apa kamu?” dia langsung memegangnya dan Woon Jae langsung berlari menghindari kakaknya, Eun Jae pun langsung mengejarnya. Hyun menghalangi Woon Jae yang mau menghindari kakanya, namun Woon Jae berhasil bersembunyi di belakang Hyun, Eun Jae memelototi Woon Jae dan Hyun, Hyun pun meminta Woon Jae untuk menuruti kakaknya.
Woon Jae : ashhh... ku kira kau temanku, kamu bukan kakak iparku lagi.
Eun Jae (marah) : berhenti berkata begitu, ayo ikut kakak
Setelah kakaknya pergi Woon Jae merengek kepada Hyun, dia tidak tahu harus berbuat apa, namun Hyun tetap memintanya untuk mengikuti apa kemauan Eun Jae.
Woon Jae : ashhh... ku kira kau temanku, kamu bukan kakak iparku lagi.
Eun Jae (marah) : berhenti berkata begitu, ayo ikut kakak
Setelah kakaknya pergi Woon Jae merengek kepada Hyun, dia tidak tahu harus berbuat apa, namun Hyun tetap memintanya untuk mengikuti apa kemauan Eun Jae.
Eun Jae membawa adiknya ke taman dan berkata “bagaimana dengan kuliahmu? Kenapa kamu bekerja? Woon Jae menjawabnya “untuk mencari uang, kakak kira aku bermain-main?
Eun Jae : kakak sudah memberikanmu uang saku
Woon Jae : kakak membebaskanku.
Eun Jae : lalu kenapa kamu meminta uang lagi kepada kakak? Kakak memberikanmu uang 300 dollar.
Woon Jae hanya terdiam saja, tiba-tiba Eun Jae terdiam dan duduk di dekatnya. Eun Jae meminta Woon Jae untuk menatap matanya, Eun Jae langsung menebak kalau uang itu untuk ayahnya.
Eun Jae : apa kalian sering berjumpa? (Woon Jae hanya mengangguk) kapan? Kapan dia kembali?
Woon Jae : dua bulan yang lalu.
Eun Jae (semakin marah) : dia mengambil uangmu?
Woon Jae (memelas) : tidak, tapi aku yang memberikannya.
Eun Jae : kenapa kamu memberikannya? Apa kamusudah membayar biaya kuliah semester ini? (Woon Jae hanya terdiam) belum ? (Eun Jae sudah sangat kesal dengan tingkah laku ayahnya) ayah juga mengambil uang sekkolahmu.
Woon Jae : tidak, ayah bilang, bahwa dia punya urusan.
Eun Jae : kamu percaya? Dia membohongi kita, lebih dari sekali.
Woon Jae : aku tahu dia sering membohongi kita.
Eun Jae : lantas?
Woon Jae : aku memang ingin diperdaya olehnya, dia tetaplah ayah kita.
Setelah mendengar perkataan adiknya, Eun Jae langsung tak berkata sepatah katapun, mungkin dia sedang merenungi apa yang dikatakan adiknya berusan.
Eun Jae : kakak sudah memberikanmu uang saku
Woon Jae : kakak membebaskanku.
Eun Jae : lalu kenapa kamu meminta uang lagi kepada kakak? Kakak memberikanmu uang 300 dollar.
Woon Jae hanya terdiam saja, tiba-tiba Eun Jae terdiam dan duduk di dekatnya. Eun Jae meminta Woon Jae untuk menatap matanya, Eun Jae langsung menebak kalau uang itu untuk ayahnya.
Eun Jae : apa kalian sering berjumpa? (Woon Jae hanya mengangguk) kapan? Kapan dia kembali?
Woon Jae : dua bulan yang lalu.
Eun Jae (semakin marah) : dia mengambil uangmu?
Woon Jae (memelas) : tidak, tapi aku yang memberikannya.
Eun Jae : kenapa kamu memberikannya? Apa kamusudah membayar biaya kuliah semester ini? (Woon Jae hanya terdiam) belum ? (Eun Jae sudah sangat kesal dengan tingkah laku ayahnya) ayah juga mengambil uang sekkolahmu.
Woon Jae : tidak, ayah bilang, bahwa dia punya urusan.
Eun Jae : kamu percaya? Dia membohongi kita, lebih dari sekali.
Woon Jae : aku tahu dia sering membohongi kita.
Eun Jae : lantas?
Woon Jae : aku memang ingin diperdaya olehnya, dia tetaplah ayah kita.
Setelah mendengar perkataan adiknya, Eun Jae langsung tak berkata sepatah katapun, mungkin dia sedang merenungi apa yang dikatakan adiknya berusan.
Hyun duduk sendirian di ruang tunggu RS, tiba-tiba Eun Jae datang menghampirinya dan memberikan sebuah amplop putih, Hyun kaget dan langsung menatapnya sambil berkata “untuk apa itu?
Eun Jae : kamu membayar biaya rumah sakit. (Hyun langsung berdiri) itu cukup untuk biaya bensin dan yang lainnya (Woon Jae merasa malu dengan sikap kakaknya terhadap Hyun) yang tidak bisa ku kembalikan dengan uang adalah tekanan dan waktumu yang terbang, itu akan ku ganti dengan cara lain.
Hyun berkata “tidak, ini sudah cukup sambil mengambil amlopnya, jika kita membahas sampai sejauh itu, aku berhutang banyak kepadamu, hanya ini yang kuperlukan” Eun Jae hanya mengangguk, Hyun melanjutkan perkataannya dan mengajak Eun Jae pulang bersama “aku ingin mengantarmu” namun tawarannya itu sia-sia saja, Eun Jae bilang, bahwa dirinya akan pulang dengan taksi. Hyun tidak mencegahnya meski dia terlihat kecewa dengan keputusan Eun Jae dan bilang “baiklah, hati-hati di jalan” Eun Jae mengagguk dan mulai meninggalkannya, Woon Jae pun pamit kepada Hyun.
Eun Jae : kamu membayar biaya rumah sakit. (Hyun langsung berdiri) itu cukup untuk biaya bensin dan yang lainnya (Woon Jae merasa malu dengan sikap kakaknya terhadap Hyun) yang tidak bisa ku kembalikan dengan uang adalah tekanan dan waktumu yang terbang, itu akan ku ganti dengan cara lain.
Hyun berkata “tidak, ini sudah cukup sambil mengambil amlopnya, jika kita membahas sampai sejauh itu, aku berhutang banyak kepadamu, hanya ini yang kuperlukan” Eun Jae hanya mengangguk, Hyun melanjutkan perkataannya dan mengajak Eun Jae pulang bersama “aku ingin mengantarmu” namun tawarannya itu sia-sia saja, Eun Jae bilang, bahwa dirinya akan pulang dengan taksi. Hyun tidak mencegahnya meski dia terlihat kecewa dengan keputusan Eun Jae dan bilang “baiklah, hati-hati di jalan” Eun Jae mengagguk dan mulai meninggalkannya, Woon Jae pun pamit kepada Hyun.
Woon Jae dan Eun Jae pergi bersama, saat melewati pintu rumah sakit Woon Jae menengok kebelakang dan dia melihat Hyun, dia hanya menatapnya dan tak berkata sedikitpun. Woon Jae pun langsung mengikuti kakaknya yang sudah jauh, setelah itu Hyun melihat amplop yang diberikan oleh Eun Jae, dia terlihat bingung dengan kejadian malam ini.
Eun Jae ikut ke tempat tinggal Woon Jae, temapt tinggal Woon Jae sangat berantakan, Woon Jae berkata “ashhh kenapa berantakan sekali, sudah kubilang untuk membereskannya kembali” sambil merapikan kamarnya, Eun Jae hanya melihatnya dan terlihat kasian dengan kondisi adiknya yang seperti ini.
Eun Jae membantu Woon Jae mengeringkan rambutnya, Woon Jae menyuruhnya untuk berhenti karena mengeringkannya dengan sangat kasar tidak dengan perasaan, Eun Jae bilang “kamu tidak bisa melakukannya dengan tangan seperti ini” dan memintanya untuk tidak bergerak, meskipun Eun Jae terlihat kasar tapi dia masih peduli terhadap adiknya.
Hyun berada di tempat makan sendirian, dia terus minum soju, dia terlihat kebingungan dan melampiaskannya dengan minum soju. Tiba-tiba Nona Choi datang merebut botol soju darinya dan bilang “kenapa kamu sendirian, dr. Song belum kembali, kukira kalian bersama” Hyun tak menghiraukannya dan merebut kembali soju darinya.
Nona Choi meminta Hyun untuk menuangkan Soju untuknya, Hyun pun menuruti permintaan Nona Choi dengan sangat terpaksa.
Nona Choi meminta Hyun untuk menuangkan Soju untuknya, Hyun pun menuruti permintaan Nona Choi dengan sangat terpaksa.
Eun Jae membersihkan kamar Woon Jae, dia bilang “menginaplah disini malam ini, dan pergilah ke rumah bibi besok, kami tidak dekat, tapi kamu akan akur dengannya. Kenapa tidak menjawab? Apa kamu tidak mau?”
Woon Jae hanya tersenyum dan bilang “kakak sepeti ibu, melihat kakak seperti itu, aku jadi teringta ibu.
Eun Jae : begitu kamu mencoba bubur buatan kakak, kamu akan menyesali perkataanmu.
Woon Jae hanya tersenyum dan bilang “kakak sepeti ibu, melihat kakak seperti itu, aku jadi teringta ibu.
Eun Jae : begitu kamu mencoba bubur buatan kakak, kamu akan menyesali perkataanmu.
Hyun masih terus minum soju, dan Nona Choi juga masih menemani Hyun disana dan berkata “tampaknya kamu sedih, apa itu karena dr. Song? Aku bisa mengerti, maksudku... tidak apa-apa kamu bersedih, ku akui dr. Song memang hebat, bahkan bagi wanita sepertiku, dia memukau, dia cantik, berbakat, berkarisma, yang terpenting dia polos dan jujur” Hyun masih menghiraukan perkataan Nona Choi.
Nona Choi tidak menyalahkan Hyun yang bersedih karena dr. Song, Nona Choi juga memuji Hyun “tapi ... apa kamu tahu, Hyun? Kamu juga hebat sama seperti dr. Song (Hyun langsung melihatnya) tidak, tapi kamu lebih hebat darinya. Dr. Song akan segera menyadarinya, mungkin dia sudah menyadarinya, dia baru kehilangan ibunya, dia butuh waktu”
Hyun (merasa aneh) : kamu tidak sepeti biasanya, jika ada yang ingin kamu sampaikan, katakan saja.
Nona Choi (tersenyum) : aku kalah, aku wanita yang cukup kompeten (tiba-tiba raut mukanya berubah, matanya sudah mulai berkaca-kaca) tapi ... aku tidak bisa menandingin dr. Song. Dia sangat luar biasa, hingga aku tidak bisa menyamainya, apalagi.... kini kamu menyukai dr. Song. Kamu lebih menyukainya daripada aku. Aku merestui kalian, cintailah dr. Song sesuka hatimu”
Meskipun dakit dan cemburu, tapi Nona Choi tetap menyemangati Hyun untuk memperjuangkan cintanya kepada dr. Song. Tapi Nona Choi mempunya sebuah permintaan “tapi ... beri aku waktu dua tahun, bisakah kamu menunggu dua tahun? Dua tahun lagi... aku akan pergi”
Hyun : Young Eun ...
Nona Choi (mulai meneteskan air matanya) : saat aku menghilang dari dunia ini, kamu boleh mencintai dr. Song sesuka hatimu.
Hyun mulai panik dengan apa yang dikatakan dr. Song dan tidak paham apa maksudnya “apa maksudmu?” Nona Choi tak henti menangis dan kemudian mengatakan alasannya “aku di diagnosis menderita leukemia mieloid akut (Hyun kaget) dokter bilang, aku akan meninggal” Hyun tak bisa berkata apapun setelah mendengar cerita Nona Choi.
Nona Choi tidak menyalahkan Hyun yang bersedih karena dr. Song, Nona Choi juga memuji Hyun “tapi ... apa kamu tahu, Hyun? Kamu juga hebat sama seperti dr. Song (Hyun langsung melihatnya) tidak, tapi kamu lebih hebat darinya. Dr. Song akan segera menyadarinya, mungkin dia sudah menyadarinya, dia baru kehilangan ibunya, dia butuh waktu”
Hyun (merasa aneh) : kamu tidak sepeti biasanya, jika ada yang ingin kamu sampaikan, katakan saja.
Nona Choi (tersenyum) : aku kalah, aku wanita yang cukup kompeten (tiba-tiba raut mukanya berubah, matanya sudah mulai berkaca-kaca) tapi ... aku tidak bisa menandingin dr. Song. Dia sangat luar biasa, hingga aku tidak bisa menyamainya, apalagi.... kini kamu menyukai dr. Song. Kamu lebih menyukainya daripada aku. Aku merestui kalian, cintailah dr. Song sesuka hatimu”
Meskipun dakit dan cemburu, tapi Nona Choi tetap menyemangati Hyun untuk memperjuangkan cintanya kepada dr. Song. Tapi Nona Choi mempunya sebuah permintaan “tapi ... beri aku waktu dua tahun, bisakah kamu menunggu dua tahun? Dua tahun lagi... aku akan pergi”
Hyun : Young Eun ...
Nona Choi (mulai meneteskan air matanya) : saat aku menghilang dari dunia ini, kamu boleh mencintai dr. Song sesuka hatimu.
Hyun mulai panik dengan apa yang dikatakan dr. Song dan tidak paham apa maksudnya “apa maksudmu?” Nona Choi tak henti menangis dan kemudian mengatakan alasannya “aku di diagnosis menderita leukemia mieloid akut (Hyun kaget) dokter bilang, aku akan meninggal” Hyun tak bisa berkata apapun setelah mendengar cerita Nona Choi.
Post a Comment for "SINOPSIS Hospital Ship Episode 19 Part 1"